Sumber: https://www.idntimes.com


Apakah kalian pernah berpikir kenapa ketika kalian membuka jendela di pagi hari dan cahaya matahari masuk terlihat banyak debu yang bergerak dan beterbangan? Padahal sebelum jendela dibuka tidak ada debu yang terlihat. Kira-kira kenapa ya?

Fenomena tersebut merupakan sifat dari koloid yang disebut efek Tyndall. Bagaimana sifat koloid efek Tyndall? Apa saja sifat dari koloid? Pertanyaan tersebut akan kita jawab satu per satu pada artikel ini.


1.   Efek Tyndall

Kita dapat mengenali suatu sistem koloid dengan cara melewatkan seberkas cahaya (sinar) kepada objek yang akan kita kenali. Bila dilihat tegak lurus dari arah datangnya cahaya, maka akan terlihat sebagai berikut;

a.   Jika objek adalah larutan, maka cahaya akan diteruskan (transparan).

b.  Jika objek adalah koloid, maka cahaya akan dihamburkan dan partikel terdispersinya tidak tampak.

c. Jika objek adalah suspensi, maka cahaya akan dihamburkan tetapi partikel terdispersinya dapat terlihat.

Agar lebih jelas perhatikan video animasi dan penjelasan di bawah ini;

 

 

Terhamburnya cahaya oleh partikel koloid disebut efek tyndall. Hal ini disebabkan karena ukuran pertikel koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Pada saat larutan disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal tersebut terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

 

Sumber: https://www.ruangguru.com/

Dalam kehidupan sehari-hari, efek tyndall dapat kita amati antara lain pada: 1) sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu, 2) sorot lampu mobil pada malam yang berkabut, 3) ketika kita membuka jendela pada siang hari. Saat sinar matahari masuk ke dalam ruangan, maka akan terlihat jelas partikel-partikel debu yang beterbangan. Hal Ini karena ukuran partikel debu jauh lebih besar daripada panjang gelombang cahaya. 


2.      Gerak brown

Apabila partikel koloid diamati di bawah mikroskop ultra akan terlihat partikel koloid yang bergerak terus-menerus dengan arah yang acak (tidak beraturan atau patah-patah atau gerak zig-zag). Gerak zigzag partikel koloid disebut gerak brown.


Sumber: https://www.ruangguru.com/


Gerakan brown terjadi akibat adanya tumbukan partikel pendispersi terhadap partikel terdispersi. Semakin kecil ukuran partikel koloid, maka semakin cepat gerak brown yang terjadi. Gerak brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Gerak brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid sehingga tidak terjadi penggumpalan. Untuk lebih memahami gerak brown perhatikan video animasi dan penjelasan di bawah ini;




3.      Adsorpsi

Adsorpsi merupakan peristiwa menempelnya partikel bermuatan (ion) pada permukaan koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk menarik atau ditempeli oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan untuk menarik ini disebabkan karena adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi. Lau bagaimana mekanisme adsorpsi?

Untuk mengetahui mekanisme dari adsorpsi perhatikan video dan penjelasan di bawah ini;


Berdasarkan video dapat diketahui bahwa bila partikel koloid mengadsorpsi ion yang bermuatan positif, maka koloid tersebut menjadi bermuatan positif dan sebaliknya. Muatan koloid merupakan faktor yang menstabilkan koloid selain gerak brown. Karena partikel-partikel koloid bermuatan sejenis makan akan saling tolak menolak sehingga terhindar dari pengelompokan antar sesama partikel koloid.

Contohnya adalah  koloid sol besi (III) hidroksida (Fe(OH)3) yang akan bermuatan positif karena mengadsorpsi ion positif. Sol ini dibuat dengan mencampurkan FeCl3 ke dalam air panas berlebih, sehingga terjadi proses pembentukan koloid berupa sol hidrat besi (III) oksida atau Fe2O3.xH2O. 

FeCl3 + xH2O → Fe2O3.xH2O

Ketika sol Fe(OH)3 terbentuk, ternyata tersisa banyak ion Fe3+ dalam larutan. Ion-ion ini kemudian diserap oleh sol Fe(OH)3 pada bagian permukaannya, yang membuat sol Fe(OH)3 kelebihan muatan positif. Jadi, sol Fe(OH)3 dikenal sebagai koloid bermuatan positif.

Sumber: https://www.ruangguru.com/

Beda lagi dengan sol As2S3. Jika diletakkan di dalam air, maka sol As2Sakan bermuatan negatif karena ion yang diadsorpsinya adalah ion yang negatif. Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan H2S ke dalam larutan As2S3. Bentuk reaksinya seperti ini, guys.

As2S3(aq)+ H2S(g) → As2S3(s) +H2S(l)

Sol As2S3 yang terbentuk dalam air ini ternyata mengadsorbsi ion-ion sulfida (S2-) yang membuat sol As2S3 menjadi bermuatan negatif.



Klik! "Pembuatan Koloid" untuk Lanjut ke Materi Berikutnya:

Pembuatan Koloid




REFERENSI:

Gambar Sifat-Sifat Koloid. Tautan: https://www.ruangguru.com/blog/sifat-koloid-dan-cara-pembuatannya

Video Efek Tyndall. Tautan: https://www.youtube.com/watch?v=0ZxJWn2PpeE

Video Gerak Brown. Tautan: https://youtu.be/crPqLCoKvJ8

Video Adsorpsi. Tautan: https://youtu.be/5mTxiQk9WBE